“Good Speech” untuk Menangkal Radikalisme dan Menumbuhkan Cinta Tanah Air dalam Melawan “Hate Speech”

Bertempat di Wisma Duta, Praha, Jumat 28 November 2019, KBRI mengadakan pertemuan dengan PPI Ceko dan Diaspora Indonesia dalam rangka mendengarkan diskusi kebangsaan yang disampaikan oleh Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius. Acara tersebut merupakan rangkaian dari kunjungan Kepala BNPT ke Praha, dimana sebelumnya bertemu dengan Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Ceko.

Suhardi dalam paparannya menyatakan bahwa term “Radikalisme” akhir-akhir ini dikenal luas dan bersemayam dalam benak pemahaman publik, khususnya di Indonesia. Suhardi menambahkan bahwa pada dasarnya radikalisme tidak bisa diasosiasikan dengan ideologi agama tertentu, karena tidak ada sama sekali dalam literatur agama manapun yang mengajarkan tentang kekerasan. Bahkan saat ini, PBB telah mencoba mengubah term Terrorism menjadi violent extremism. Hal ini menunjukkan bahwa radikalisme, terorisme tidak dapat dikaitkan dengan suatu agama tertentu. Suhardi merumusukan konsep radikaslismen dalam empat unsur, yaitu: (1) Intolernasi; (2) Anti-Pancasila; (3) Anti-NKRI; dan (4) Paham Takfiry (paham mengkafirkan orang lain selain kelompoknya.

BNPT saat ini menggunakan pendekatan soft dan hard yang telah disampaikan di berbagai belahan dunia, dalam setiap pertemuan tingkat tinggi di seluruh dunia. Mengapa harus soft? Suhardi menjelaskan, menilik kasus Bom Bali, kekerasan tidak bisa dilawan dengan kekerasan. Menurutnya, kekerasan bisa diselesaikan dengan kebaikan dan sentuhan-sentuhan kepada para pelaku tindak terorisme agar sadar dan memahamkan kepada mereka bahwa jalan yang mereka tempuh adalah salah. Tidak mudah memang, namun ini butuh bantuan berbagai pihak, salah satunya Diaspora dan mahasiswa yang berada di luar negeri sebagai agen pemerintah untuk menyampaikan hal-hal yang baik tentang Indonesia.

Dilihat dari sejarah Indonesia, sifat kebangsaan sudah lahir sejak 17 tahun sebelum Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1928, dimana para pemuda saat itu telah mendeklarasikan Sumpah Pemudah yang merupakan hasil pemikiran tentang pentingnya jiwa kebangsaan, persatuan antar ras dan suku yang berbeda, serta penguatan nilai-nilai moral bangsa. Artinya, perjuangan bangsa Indonesia untuk melawan intoleransi, mengakui perbedaan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman kebangsaan sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Sudah hampir 100 tahun bangsa ini mempertahankan nilai kebangsaan, dan jangan sampai nilai ini rusak hanya karena ego sektoral dan turbulensi politik yang justru memecah belah persatuan bangsa.

Dalam diskusi tersebut Ketua Presidium PPI Ceko, Choirul Anam, menyampaikan pertanyaan sekaligus masukan kepada Pemerintah Indonesia, untuk kembali memformulasikan pentingnya memperhatikan perkembangan mahasiswa Indonesia. Bagaimana agar seluruh mahasiswa Indonesia memiliki kecintaan yang besar kepada tanah airnya dan kembali pulang untuk membangun Ibu Pertiwi. Anam menambahkan bahwa selain virus “Hate speech” yang saat ini beredar di Indonesia, pemerintah perlu membuat program “Good speech” dimana seluruh masyarakat maupun pelajar Indonesia yang ada di luar negeri menjadi agent of change dan agent of influence untuk menyampaikan hal-hal positif tentang Indonesia. Anam menjelaskan bahwa jika orang di luar Indonesia banyak melihat hal negatif tentang Indonesia karena tingginya pemberitaan negatif di Indonesia seperti terorisme, korupsi, kejahatan, dan lainnya. Disisi lain, Indonesia memiliki banyak hal positif yang seharusnya itu disampaikan kepada dunia luar agar mereka mau dan tertarik untuk mencintai Indonesia. Banyak hal positif yang bisa disampaikan seperti, kebudayaan, kekayaan alam Indonesia, keramahtamahan Indonesia, dll.

Selain itu, Anam juga mengharapkan agar Pemerintah memperhatikan masa depan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Pemerintah perlu membuat program untuk menerima dan menampung kreativitas dan keahlian pelajar-pelajar yang memiliki prestasi agar kembali pulang membangun Indonesia sesuai bidangnya masing-masing. Karena saat ini, human capital adalah investasi jangka panjang suatu bangsa untuk mencapai pembangunan dan kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan, pengentasan kemiskinan, maupun menghadapi perkembangan teknologi 5.0 dimasa mendatang.

Kepala BNPT menyambut antusias masukan yang disampaikan Anam, dan berjanji akan menyampaikan hal tersebut kepada Pemerintah Indonesia agar kedepan mahasiswa Indonesia yang berprestasi mendapatkan tempat untuk berkerasi dan membangun negeri. Pesan terakhir dari Suhardi kepada seluruh mahasiswa Indonesia di seluruh luar negeri, agar menjaga identitas bangsa dan nasionalisme serta jangan lupa untuk kembali pulang membangun bangsa bersama-sama.

Acara kemudian diakhiri dengan ramah tamah, makan malam bersama dan foto bersama antara Kepala BNPT, Dubes RI untuk Ceko, PPI Ceko, dan Dispora Indonesia di Ceko.

 

“Diaspora Indonesia dan PPI Ceko bersama Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius (yang di tengah mengenakan batik biru)”.

 

“Pemaparan materi oleh Komjen Pol Suhardi Alius selaku Kepala BNPT, didampingi oleh Ibu Kenssy Dwi Ekaningsih selaku Duta Besar Republik Indonesia di Republik Ceko”.

“Ketua PPI Ceko, Choirul Anam (kiri) bersama Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius (kanan)”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *